Download& View Resensi Novel Ranah 3 Warna as PDF for free.. More details. Words: 707 Pages: 3
Identitas Buku Judul Buku Ranah 3 Warna Penulis A. Fuadi Editor – Penerbit Gramdia Pustaka Utama Cetakan – Jumlah Halaman 473 Jumlah Bab – Ukuran Buku x 20 cm Berat Buku kg Harga Rp. Tahun Terbit 2017 ISBN 9789792263251 Sinopsis Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi dalam bahasa Arab dan Inggris. Impiannya? Tinggi betul. Ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika. Dengan semangat menggelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya. Ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tadi tanpa ijazah? Terinspirasi semangat tim dinamit Denmark, dia mendobrak rintangan berat. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya “Sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini?” Hampir saja dia menyerah. Rupanya “mantra” man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat “mantra” kedua yang diajarkan di Pondok Madani man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu. Bisakah dia memenangkan semua impiannya? Ke mana nasib membawa Alif? Apa saja 3 ranah berbeda warna itu? Siapakah Raisa? Bagaimana persaingannya dengan Randai? Apa kabar Sahibul Menara? Kenapa sampai muncul Obelix, orang Indian dan Michael Jordan dan Kesatria Berpantun? Apa hadiah Tuhan buat sebuah kesabaran yang kukuh? Ranah 3 Warna adalah hikayat bagaimana impian tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup terus digelung nestapa. Testimoni Pembaca Haryadi Yansah “Walau hanya berbisik di hati, rupanya Tuhan selalu maha mendengar” Tentang – Ranah 3 Warna – Buku yang tetap menawarkan semangat menggapai cita-cita ini sekarang bercerita mengenai kehidupan Alif Fikri, pasca kelulusannya menempuh ilmu di Pondok Madani. Alif kini kembali ke kampung Maninjau setelah menggoreskan harapan Amaknya untuk belajar ilmu agama. Walau begitu, cita-citanya untuk menjadi the next Habibie tidak pernah surut. Harapannya untuk menorehkan prestasi mendunia dalam bidang teknologi tak pernah karam. Tapi apa mungkin, seorang Alif yang notabene tamatan sekolah agama bisa mengikuti ujian saringan masuk perguruan tinggi? Bahkan, ijazah saja ia tidak punya. Bukan Alif namanya jika gampang menyerah. Untung Ayah dan Amaknya mendukung usaha Alif agar bisa belajar di perguruan tinggi. Alif mempersiapkan diri untuk ikut ujian kesetaraan agar bisa mendapatkan ijazah. Sungguh, bukan perjuangan yang mudah. Alif harus mampu menguasai berbagai macam mata pelajaran umum tiga tingkatan dalam waktu cepat. Modal utamanya adalah Man Jadda Wajadda– Siapa yang bersungguh-sungguh ia akan berhasil. Alif yakin jika ia berusaha satu tingkat lebih baik dari orang lain, ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Perjuangan itu mulai menapakan hasilnya. Memang tidak sepenuhnya seperti yang ia harapkan. Keinginannya untuk menekuni bidang teknologi harus ia pupus karena sangat sulit menguasai pelajaran berhitung dalam waktu singkat. Tapi Alif cukup bangga ketika akhirnya diterima di Hubungan Internasional-UNPAD. ”… sesungguhnya doa itu didengar Tuhan, tapi Dia berhak mengabulkannya dalam berbagai bentuk. Bisa dalam bentuk yang kita minta, bisa ditunda, atau diganti yang lebih cocok buat kita,” Hidup sendirian di kota Bandung tidaklah mudah. Untung, sahabatnya –Randai, bisa membantu menumpangi Alif selama ia belum menemukan kos yang sesuai dengan kondisi keuangannya. Di masa-masa sulit itu, Alif bahkan harus kehilangan Ayahnya, hingga ia sempat berfikiran untuk menghentikan kuliahnya dan membantu Amaknya di kampung. Syukurlah hal itu tidak sampai terjadi karena Amak mewanti-wanti Alif agar pulang setelah mendapatkan gelar sarjana. Sial, persahabatannya dengan Randai sempat retak, dan Alif harus berjuang menopang kehidupan ekonominya di kota padat itu. ”iza shadaqal azmu wahada sabil- kalau benar ada kemauan, akan terbuka jalan,”Alhamdulillah minat Alif di bidang jurnalistik bisa membantu ia menopangi kehidupannya. Bahkan ia sudah bisa membantu Amak walaupun hanya sedikit. Alif kini mempunyai mimpi baru. Menjejakkan kaki di Amerika. Mungkin, kah? Akhirnya sebuah cahaya mampu menuntun Alif untuk menggapaikan cita-citanya. Alif berjuang mengikuti seleksi pertukaran pelajar ke negara asing. Sampai titik ini, Alif bahkan harus bersaing dengan sahabatnya sendiri –Randai. Rasa pesimis kerap saja muncul walaupun tidak diinginkan, namun sekali lagi, dengan keyakinannya melebihkan usaha dan terus berdoa, akhirnya Alif mampu menjejakkan langkahnya di benua Amerika. Hola… anak kampung Maninjau kini berada di Kanada untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia di sana. Berbagai pengalaman Alif tuai di kota Saint-Raymond. Bahkan Alif juga menemukan rasa cinta di kota kecil itu. Walaupun tetap akan ada perjuangan-perjuangan yang harus ia hadapi. Mampukah Alif bertahan? Sebuah mantera baru… ”Man Shabara Zhafira – Siapa yang bersabar akan beruntung, berhasil meyakinkan Alif bahwa, ”segala sesuatu ada waktunya, aku ikhlaskan tangan Tuhan menuntunku meraih segala impian ini.” Juga bahwa ”Man Yazr’a Yahsud – Siapa yang menanam ia akan menuai.” Alif yakin sekali akan hal itu. Sungguh, ini ulasan yang buruk untuk menggambarkan betapa eloknya buku ini. Berulang kali, ketika menulis ulasan ini, jemariku terhenti, dan berkali-kali pula menekan tombol ”delete” karena merasa apa yang aku tulis tidak mampu mewakili semua hal yang aku dapatkan dari buku ini. Ranah 3 Warna buku yang lengkap. Perjuangan, semangat, kepercayaan… kehidupan akan cinta dan keluarga komplet dihadirkan. Di beberapa hal memang aku sempat sebal dengan tokoh Alif, misalnya saja ketika dia mendapatkan kesempatan pertukaran pelajar, ia ngotot ingin ditempatkan di negara tertentu. Setelah dapat, iapun masih ngotot ingin mendapatkan kesempatan kerja di bidang yang ia sukai. Di suatu sisi aku merutuki tingkah Alif dengan gumaman, ”Oh Tuhan, sadarkah Alif bahwa banyak orang yang ingin mendapatkan kesempatan yang sama seperti yang ia dapatkan tanpa banyak keinginan-keinginan yang lain?” namun… di sisi lain aku merasa, Ahmad Fuadi berhasil mengambarkan sosok Alif sebagai orang dengan penuh rasa harap tinggi dan… itu membuat tokoh Alif digambarkan lebih manusiawi. Sungguh, aku cinta Ranah 3 Warna ini. Edy Buku ini merupakan buku kedua dari Trilogi kehidupan Alif Fikri. Buku Pertama yang bertajuk Negeri 5 Menara mengisahkan tentang perjalanan hidup Alif Fikri, seorang anak Minang dari keluarga sederhana ketika menempuh pendidikan di Pondok Madani nama samaran Pondok Pesantren Modern Gontor – Jawa Timur yang terkenal itu. Sedangkan dalam buku kedua Ranah 3 Warna mengisahkan perjalanan hidup Alif Fikri setamat dari Pondok Madani yang harus menempuh perjuangan berat untuk lolos ujian persamaan SMA sebagai prasayarat mengikuti ujian seleksi masuk Perguruan Tinggi. Dengan perjuangan kerasnya Alif bisa lolos ujian persamaan dengan nilai sedang. Selanjutnya dia berjuang keras akhirnya lolos masuk Jurusan Hubungan Internasional – FISIPOL Universitas Pajajaran di Bandung. Cobaan demi cobaan terus menempa Alif seperti Ayah Alif meninggal, uang kiriman orang tua yang tersendat, usaha sales yang dirampok preman dan lain-lain. Perlahan alif mulai bangkit mencari rejeki dengan jualan/salesman, memberikan kursus private dan akhirnya berlatih menulis artikel di media dengan bimbingan seorang seniornya. Setelah melalui berbagai tempaan, dalam perjalanan hidup yang sudah mulai tertata karena kepintarannya menulis artikel di media, Alif meneruskan cita-cita semasa di Pondok Madani untuk berkelana di Amerika. Dia akhirnya lolos seleksi pertukaran pemuda pelajar di Kanada selama 6 bulan bersama 7 orang temannya. Di sana dia tinggal dengan ayah dan ibu angkat yang sangat mencintainya dan didampingi seorang tandem pemuda Kanada. Banyak kisah suka selama di Kanada tersebut. Di sinilah tumbuh perasaan cinta Alif terhadap Raisa yang berasal dari satu kampus dan juga tetangga kosnya di Bandung. Tapi cinta itu tetaplah hanya bersemi di hati karena alif tidak punya keberanian untuk menyatakannya sama Raisa. Sepulang dari Kanada, Alif melanjutkan studi dan lulus Sarjana dari Unpad. Mamak dan adiknya hadir dalam acara wisuda itu. Saat itu sebenarnya Alif sudah merencanakan untuk mengungkapkan isi hati terhadap Raisa. Tapi sayang, Randai sahabat karib dan teman sekampung serta sekaligus competitor Alif telah mendahuklui menyunting Raisa. Sebuah kisah kasih yang tak sampai pun terjadilah. Alif walaupun gundah mengambil hikmah itu semaua sebagai proses belajar untuk lebih sabar, ikhlas dan tawakal dan terus berprasangka baik terhadap Tuhannya,……. Dalam buku ini ada tiga ajaran utama yang terus diamalkan oleh Alif dalam merengkuh citanya yakni • Man Jadda Wajada yang berarti barang siapa bersungguh-sungguh dia akan berhasil. Konsep nilai ini ditanamkan sejak awal sehingga akan melahirkan anak didik yang mempunyai semangat bekerja keras. • Man shabara zhafira, Barang siapa bersabar maka dia akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di hari esok dan tetaplah fokus pada tujuan akhir untuk menemukan jati diri. • I’malu fauqa ma’amilu, Budayakan going the extra miles, lebihkan usaha, waktu, tekad, upaya dan lain-lainnya maka kita akan sukses. Dari sisi sosiologis, novel ini seperti novel-novelnya Andrea Hirata menyiratkan bahwa pendidikan merupakan kunci untuk memperbaiki masa depan bagi seseorang. Namun alangkah ironisnya dunia pendidikan saat ini yang sudah semakin mahal dan hanya bisa diakses oleh orang-orang kaya. Universitas Negeri yang dulu menjadi tumpuan harapan masyarakat kelas menengah ke bawah untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi kini semakin komersial dan mahal. Bagaimana masyarakat miskin dan kelas bawah bisa memperbaiki masa depan mereka ketika akses terhadap pendidikan sedemikian sulit? Masih adakah ruang bagi warga miskin dan keluarga yang pas-pasan untuk memperoleh pendidikan bermutu di negeri ini? Nike Wow, akhirnya buku yang ditunggu-tunggu ini kelar juga saya baca. Ga tahan dengan bahasan suami dan adek saya yang udah nyamber duluan buku ini, saya akhirnya menyudahi buku ini dengan senyum gembira. Ranah 3 Warna adalah buku kedua dari A. Fuadi yang promonya dimana-mana bakal jadi best seller. Seperti buku pertamanya, Negeri 5 Menara yang menjadi best seller, saya tak ragu lagi akan banyak orang menyukai buku Uda Fuadi yang kedua ini. Kalo di Negeri 5 Menara kita melihat cerita Alif Fikri dan teman-teman Pondok Madani dengan mantra “Man Jadda wajada”, dalam buku kedua ini, Alif diceritakan memasuki masa dewasa dimana ia meneruskan pendidikannya dengan mantra baru “Man Shabara Zafira”. Awalnya saya ngerasa bingung dengan cover buku juga pembatas buku yang dihadiahkan buku ini. Cover buku terlihat sepatu hitan dan untuk pembatas buku serupa daun. Ternyata, kalian wajib membaca buku ini dulu untuk tau apa arti dibalik semua itu. Cover itu adalah si Hitam, sepatu dari kulit jawi yang diberikan Ayah Alif sebelum Alif pergi merantau ke Bandung untuk kuliah. Daun? ya, pembatas bukunya unik, serupa daun yaitu daun maple khas negeri Kanada, tempat akhirnya Alif meraih mimpinya menginjak benua Amerika. Diceritakan Alif akhirnya mengikuti ujian persamaan SMA untuk mandapatkan ijazah setara SMA sampai belajar sangat tekun dan rajin untuk mengikuti UMPTN untuk masuk kuliah sesuai harapan Alif. Akhirnya Alif diterima berkuliah di universitas negeri di Bandung dengan jurusan Hubungan Internasional, karena ia ingin lebih menguasai bahasa. Banyak hal yang dilalui Alif untuk bisa mengejar mimpi-mimpinya. Dengan ekonomi keluarga yang sulit ditambah dengan kepergian Ayah Alif yang tak pelak membuat saya ingin menangis dan meneteskan air mata, Alif harus bisa sekuat tenaga meneruskan hidupnya dan meraih mimpinya ke benua Amerika. Alif akhirnya harus kerja keras, mulai dari mengajar privat hingga berjualan dari rumah ke rumah demi meneruskan kuliahnya. Sangat beruntung Alif bertemu dengan Bang Tigor, sang guru menulis Alif. Tidak hanya belajar menulis, Alif menemukan banyak pelajaran berharga dari Bang Togar. Cerita dalam buku kedua ini ga cuma cerita Alif mengejar mimpi-mimpi ke Amerika, tapi juga tak luput dari cerita percintaan. Alif akhirnya jatuh cinta pada seorang wanita yang satu kampus dengannya dan juga mereka berdua berkesempatan ke Kanada, tapi sayang seribu kali sayang, Alif harus berjuang untuk mandapatkan hati Raisa, terutama dari Randai, sahabat sepermainan Alif dari kecil. Saya merasa buku ini luar biasa. Buku ini memberikan motivasi besar untuk mengejar semua mimpi dan cita-cita. Tidak cuma bermimpi, tapi kisha ALif mengajarkan kita bagaimana cara untuk bisa meraih mimpi. Tidak hanya dengan berusaha sekuat tenaga tapi juga kesabaran. Dari semua tokoh pendamping Alif dalam buku ini, favorit saya adalah Rusdi 🙂 Entah kenapa, saya merasa Rusdi ini membuat buku ini terasa lebih menarik lagi. Lucu, nasionalisme tinggi tapi juga seniman. Bagi yang belum baca, bacalah… segera… 🙂 Kembali ↑ Penutup bila kamu tertarik sehabis baca resensi ini bisa beli secara online dengan harga Rp. dengan klik tautan Ranah 3 Warna ini atau klik gambar dibawah
Beranda» Sinopsis Novel Ranah 3 Warna - Ahmad Fuadi. Sinopsis Novel Ranah 3 Warna - Ahmad Fuadi Oleh Administrator Diposting pada 3 Maret 2019 28 Februari 2017. Sastra angkatan 2000 - an. Karya: Ahmad Fuadi. Ringkasan umum: Novel ini merupakan kelanjutan dari kisah Alif yang baru selesai menamatkan sekolah di Pondok Madani (PM) Ponorogo
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Novel "Ranah 3 Warna" merupakan buku kedua dari Trilogi "Negeri 5 Menara", sama halnya dengan buku ysng ditulis Ahmad Fuadi, karya nya selalu memberi hikmah dan makna mendalam. Novel "Ranah 3 Warna" adalah sebuah kisah lanjutan dari Negeri 5 Menara, tentang perjuangan Alif 3 Warna, menceritakan tentang Alif yang sudah menyelesaikan pendidikannya di Pondok Madani Gontor. Dengan kemampuannya dan motivasi dari Kyai yang merupakan guru yang telah mendidiknya, Alif akhirnya pulang kampung ke nya di Minanjau, semangat Alif menjadi berkobar saat dicibir termasuk sahabat karibnya, Randai, yang meragukan kemampuannya unutk lulus UMPTN, apalagi Alif tidak memiliki ijazah. Namun, semangat dari tim dinamit Denmark menginspirasi Alif untuk menghadapi rintangan dengan menyelesaikan pelajaran SMA 3 tahun tersebut. Perjuangan Alif tersebut akhirnya bisa mengantarkan dirinya lulus UMPTN jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Bandung. "Going the extra miles. I'malu fauqa ma 'amilu" sebuah mantra yang memberikan kekuatan semangat Alif, yang berarti "berusaha diatas rata-rata orang lain", ditambah semangat "man jadda wajada", menjadi motivasi luar biasa untuk meraih ada hal lain yang bisa menjadi inspirasi dari sosok Alif Fikri untuk mengejar impiannya, apalagi semenjak sang ayah meninggal, yang membuat Alif harus menghadapi tantangan dari sebagai penjual door to door, dibegal, dirampok sampai semua barang dagangannya habis, menjadi kisah menarik untuk ini memang memberikan banyak pelajaran yang bisa kita petik antara harapan, impian, dan do'a. Seperti nasihat Imam Syafi'i yang bisa menjadi pelajaran berharga "Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Jangan menyerah. Menyerah berarti menunda masa senang di masa yang akan datang." Lihat Book SelengkapnyaResensidari Novel Yang Berjudul Ranah 3 Warna . Identitas Novel : Judul : Ranah 3 Warna Penulis : A. Fuadi Tahun Terbit : 2011 Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Tebal Buku : 473 . Latar Belakang Penulis : A Fuadi lahir di nagari Bayur, sebuah kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka.
padatahun 2009 novel ini merupakan kedua dari trilogi negeri 5 novel ranah tiga warna karya a ranah 3 warna pdf free, download novel ranah 3 warna ahmad fuadi aden duduk di sebelah atas ya dan seperti biasa aden pasti menang teriak randai pongah sambil memanjat ke puncak batu hitam yang kami duduki , anda pembaca novel negeri 5 menara kini
Judul: Ranah 3 Warna. Pengarang: A. Fuadi. Penerbit: PT Gramedia Pustaka. Halaman: 349 halaman. Tokoh utama dalam Trilogi ini ini adalah Alif Fikri, seorang putra kelahiran Minang, Sumatera Barat. Tepatnya dipinggiran Danau Maninjau. Dia anak sulung dari dua adiknya yang kesemuanya perempuan. Kisah novel ini dimulai saat Alif kembali ke